menganalis puisi asep zamzam noor



KATA PENGANTAR
                Segala puji kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat islamkepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasululloh SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
                Menganalisis sebuah puisi sangatlah tidak mudah, apalagi yang harus di analisis bukan hanya metodenya saja, tapi yang lumayan menyulitkan adalah menganalisis hakikatnya atau batin dari puisi tersebut. Dan disini kami akan menganalisin puisi karya Asep Zamzam Noor yang berjudul “Mengukir tubuhmu”.Analisis ini kami buat dengan harapan kami bisa lebih kreatif dan produktif dalam berkarya, khususnya di bidang kesusastraan.
                Selanjutnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu guru mata pelajaran BAHASA INDONESIA kelas XI MAN Sukamanah yang telah banyak membantu kami dalam proses pembuatan karya ilmiah ini, dan kami ucapkan terimakasih kepada teman- teman yang telah membantu dan mensuport kami, sehingga kami bisa dengan lancar menyelesaikan karya ilmiah ini.
                Dan kami meminta maaf yang sebesar- besarnya apabila dalam karya ilmiah ini masih terda[at kesalahan dan kekurangan. Karena kami menyadari bahwa kami masih dalam proses pembelajaran.


                                                                                                                                                                Penyusun











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Batasan Masalah...............................................................................................................
1.4 Tujuan...............................................................................................................................
1.5 Metode...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................
2.1 Pengertian Puisi..................................................................................................................
2.2 Hakikat Dan Metode Puisi..................................................................................................
2.3 Analisis Hakikat Puisi “Mengukir tubuhmu”.....................................................................
2.4 Analisis metode Puisi “Mengukir tubuhmu’......................................................................
BAB III SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................
3.1 Simpulan.............................................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................







1.1 Latar Belakang Masalah
                Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur.Tapi, sebagai perwujudan imajinasi manusia yang menjadi sumber segala kreativitas.Oleh karena itu, puisi di tulis dengan bahasa yang di gunakan untuk kualitas estetiknya sebagai tambahan atau selain arti dari semantiknya.
Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia.Bahasa puisi bersifat konotatif, dan Konotasi yang dihasilkan bahasa puisi lebih banyak kemungkinan daripada konotasi yang dihasilkan bahasa prosa dan drama. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan maknanya secara tepat tanpa memahami kontesk yang dihadirkan oleh puisi. Puisi diciptakan penyair dalam  suasana perasaan, pemikiran dan citarasa yang khas sehingga bersifat khas pula. Hal ini berarti tanpa pemahaman terhadap suasana yang khas, pemahaman teks beserta konteks, ketepatan penafsiran makna itu sukar didapatkan. Bahasa yang digunakan penyair bersifat bersifat khusus. Penyair mungkin menggunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru.
                Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan pengulangan kata, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa, dan bagi para pembaca hal tersebut mungkin membuat sebuah puisi menjadi tidak di mengerti.Tapi, penulis selalu memiliki alasan untuk segala keanehan yang di ciptakannya, karena tidak ada yang membatasi keinginan penulis dalam membuat sebuah puisi. Oleh karena itu, disini kami akan mencoba untuk menganalisis  sebuah puisi dari segi hakikat dan metodenya, agar pembaca dapat sedikit mengetahui seluk beluk dari sebuah puisi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakan masalah di atas, kami menyimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang di sebut dengan puisi ?
2. Bagaimanakah hakikat dan metode sebuah puisi?
3. Bagaimanakah penganalisisan puisi yang berjudul ‘’Sketsaku” ditinjau dari hakikat dan metodenya?
1.3. Batasan Masalah
          Pada karya ilmiah ini, kami hanya membatasi satu puisi yang berjudul ‘Mengukir tubuhmu’ karya Asep Zamzam Noor  untuk di analisis dari segi hakikat dan metodenya saja.


1.4. Tujuan
Penganalisisan ini di tunjukan untuk mengetahui
a. Pengertian dari puisi
b. Metode dan hakikat puisi
c. Metode dan hakikat puisi dalam puisi “Mengukir tubuhmu’’ karya Asep Zamzam Noor
1.5. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian study pustaka dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. sumber data yang di peroleh melalui study kepustakaan
b. Teknik analisis data
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian puisi
Puisi atau verse berasal dari bahasa Latin versus yang berasal dari kata kerja verso, versare, yang berarti to turn (menghadap).  Dalam bahasa Inggris verse mengacu pada pengaturan baris demi baris yang disengaja yang membedakannya dari prosa. Tarigan (1984:4) mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeisis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti syaberikutir, sajak.Arti yang semacam ini lama-kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan.”Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa pengucapan dengan pikiran. Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa.Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Pendapat-pendapat lain dari para sastrawan dunia tentang puisi adalah sebagai berikut :
(1)   William Wordsworth: puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
(2)   Byron: pusi adalah lava imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi
(3)  Percy Bysche Shelly: puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang palin baik dan paling menyenangkan.
(4)  Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(5)   Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Menurut para pendapat diatas, dapat kita simpulkan bahwa puisi adalah suatu bentuk karya sastra dalam bentuk tulisan, yang mempunyai nilai estetika yang tinggi dan membuat pembaca atau pendengar merasa merinding ketika membaca dan mendengarnya.
2.2. Hakikat dan metode puisi
Puisi terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin puisi. I.A. Richards menyebut kedua sruktur itu dengan metode puisi dan hakikat puisi. Struktur fisik secara tradisional disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin secara tradisional disebut makna puisi.
Puisi juga merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat karya tersebut disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua unsur pokok yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau struktur makna.
a.     Struktur batin puisi atau hakikat puisi terdiri atas:
1.    Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya.Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
2.    Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
Feling juga bisa di artikan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya
3.    Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4.    Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut.Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya.Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Tujuandapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan (Jabrohim dkk 2003:67).
Sedangkan menurut Waluyo (2003:40) amanat, pesan atau nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal.
Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah
  1. Lapis bunyi (sound stratum)
  2. Lapis arti (units of meaning)
  3. Lapis obyek yang dikemukakan atau "dunia ciptaan"
  4. Lapis implisit
  5. Lapis metafisika (metaphysical qualities)
b.      Struktur fisik puisi atau metode puisi dibangun oleh:
1.    Diction (diksi)
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
2.    Imageri (imaji, daya bayang)
Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan.Ada beberapa macam citraan, antara lain
  1. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
  2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
  3. Citra penciuman dan pengecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pengecapan
  4. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
  5. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
  6. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
  7. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
3.    The concrete word (kata-kata kongkret)
Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
Menurut Jabrohim dkk (2003:41) kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Sebagai contoh yang diungkapkan oleh Jabrohim, untuk melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayan, penyair menulis: Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/gembira dari kemayaan ruang. Untuk melukiskan kedukaannya, penyair menulis: bulan di atas itu tak ada yang punya/kotaku hidupnya tak punya tanda.
4.    Figurative language (gaya bahasa)
Gayabahasa Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain
  1. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
  2. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
  3. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
  4. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
  5. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
  6. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
  7. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
5.    Rhythm dan rima (irama dan sajak)
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
  1. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
  2. Ritme, yaitu irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
  1. dinamik, yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
  2. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
  3. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi
  1. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
  2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
  3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
  4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
  5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
  6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
  7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
  8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan
  1. rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
  2. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
  3. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
  4. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
  5. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
  6. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
  7. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
  8. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
  9. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
  10. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
  11. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)




2.3. Analisis Hakikat Puisi “Mengukir tubuhmu”

MENGUKIR TUBUHMU
Duabelas jam aku mengukir tubuhmu
Menjadi hujan. Tubuhmu menaburkan sunyi
Tubuhmu sulur-sulur air yang tak henti
Mengalirkan gairah dan kegelisahan
Duabelas jam aku membendungmu
Dengan ciuman. Tubuhmu menjelma sungai
Yang meluap dari balik kegelapan
Tubuhmu gelombang yang menyeretku
Ketengah lautan penciptaan
1. Diksi (Diction)
                Pemilihan kata yang di gunakan penulis pada puisi di atas, kebanyakan menggunakan kata denotative atau kata yang tidak sebenarnya, dan tidalk semakna dengan makna dalam kamus. Contohnya pada kalimat,
“ Dua belasjam aku mengukir tubuhmu”
Kalimat mengukir tubuhmu pada penggalan puisi diatas, bukanberarti penulis sudah mampu mengukir tubuh seseorang atupun tubuh sesuatu secara nyata.Seperti mengukir tangannya, kakinya, kepalanya, bahkan mungkin helaian rambutnya. Akan tetapi, makna “ mengukir tubuhmu” pada penggalan puisi diatas, menunjukan kerinduan penyair kepada seseorang. Sehingga, seseorang itu di bayangkan oleh penyair dalam hatinya atau di dalam pikirannya. Ini semua menunjukan keapikan penulis dalam memilih kata sehingga puisi tersebut bisa terlihat indah oleh pembacadan penikmat puisi.
2.     Imaji (Imageri)
Pada puisi diatas, penulis sudahmampu mengantarkan pembaca untuk terlibat dan merasakan  apa yang di rasakan oleh penyair atau penulis. Karena, imajinasi penilis untuk menggunakan citra perasaan dalam puisi diatas sudah mampu membuat pembaca ikut terlibat dalam perasaan penulis, citra perasaan ini dapat mudah terlihat kalau pembaca mampu membca puisi tersebut secara berulang- ulang dan pembaca mampu menguasai makna dari puisi tersebut.

3.    Kata- kata kongkrit ( The concrete word )
Pada puisi yang berjudul “Mengukir tubuhmu” karya asep Zamzam Noor ini, tidak begitu banyak menggunakan kata- kata kongkrit atau the concretye word. Hanya ada beberapa kata yang di gunakan penyair seperti “ingatan”, “ciuman” , dan “kegelapan”. Akan tetapi, walaupun hanya sedikit menggunakan kat- kata kongkrit atau kata- kata nyata, puisi yang di beri judul “Mengukir tubuhmu” sudah mampu membangkitkan dan menghidupkan imajinasi para pembaca akan situasi dan suasana pada saat penulis membuat puisi tersebut.
4.    Majas
Setelah kit abaca secara berulang – ulang puisi karangan Asep Zamzam Noor yang berjudul “Mengukir tubuhmu” ini, dapt kita simpulkan bahwa imajinasi para penikmat puisi tau para pembaca dapat di hidupkan  atau di bangkitkan melalui majas yang di gunakan.
Figurative language atau gaya bahasa yang di gunakan penyair sudah mampu membuat para pembaca atau para penikmat puisi ikut terlibat dalam suasana puisi tersebut. Seperti pada kalimat,

“ Tubuhmu menaburkan sunyi yang terpendam di belantara ingatan”

Majas yang di gunakan pada penggalan puisi diatas adalah majas personifikasi yang artinya penulis mempersamakan benda dengan manusia, dimana benda mati yaitu tubuh dapat melakukan pekerjaan manusia yaitu “ menaburkan’’.
Selain menggunakan majas personifikasi penulis juga menggunakan majas allegori yang artinya cerita kiasan atau lukisan kiasan yang merupakan metaphora yang di lanjutkan. Sepeerti pada kalimat,

“ Tubuhmu menjelma sungai yang meluap dari balik kegelapan”

Itulah beberapa majas yang terdapat pada puisi karya Asep Zamzam Noor yang berjudul “Mengukir tubuhmu”. Dimana, dengan hanya menggunakan gaya bahasa yang sederhana tapi puisi tersebut sudah mampu meghipnotis pembaca dan membuat pembaca menjadi ikut terlibat kedalam suasana puisi tersebut.

5.    Ritme dan Rima
Seperti sudah kita ketahui,bahwa ritme adalahirama yang di sebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Pada puisi “Mengukir tubuhmu” terdapat beberapa pergantian bunyi tinggi rendah yang lumayan teratur, sehingga menyebabkan aliran perasaan atau pokiran pembaca atau penikmat puisi tidak terputus dan terus terkonsentrasi  dan menimbulkan bayangan (imaji) yang jelas dan hidup. Itu semua tejadi karena bisa menemukan sendiri dinamiknya, nadanya, dan temponya.
Seperti pada kalimat “Dua belas jam aku mengukir tubuhmu menjadi hujan”
Kalimat “menjadi hujan” bisa kita baca lembut , dan nadanya pun pasti rendah. Karena, dinamik dan nada akan saling bekesinambungan dan tidak mungkin bertolak belakang.
Kemudian, puisi “mengukir tubuhmu” lebih enak di baca dengan tempo lambat. Akan tetapi, pada kata- kata tertentu bisa di pariasikan dengan menggunakan tempo cepat .
Selanjutnya, puisi “ Mengukir tubuhmu” menggunakan rima yang mampu menciptakan suasana keheningan dan kesedihan, yang biasa di sebut dengan bunyi cacophony, karana bunyi- bunyi yang di pakai di akhir larik- larik puisi kebanyakan menggunakan bunyi- bunyi yang berat dan menekan, seperti pada bait:

“Duabelas jam aku membendungmu
Dengan ciuman. Tubuhmu menjelma sungai
Yang meluap dari balik kegelapan
Tubuhmu gelombang yang menyeretku
Ketengah lautan penciptaan

Pada bait puisi diatas , penyair menggunakan rima yang tidak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir . Yaitu hanya pada kata “ Ciuman, kegelapan, dan Penciptaan”. Selain menggunakan rima yang tidak sempurna, penyair juga menggunakan rima disonansi, yang artinya persamaan bunyi yang terdapat pada hurup- hurup mati/ konsonan.

B. Analisis Hakikat Puisi “Mengukir  Tubuhmu”
1. Tema ( sence)
                Puisi karya Asep Zamzam Noor yang di beri judul “Mengukir Tubuhmu”,mempunyai Subyek matteryang tidak langsung. Artinya, pembaca harus menebak atau mencari- cari dan menafsirkan pokok persoalan yang terdapat pada puisi tersebut, dan setelah dibaca secaraberulang- ulang dapat kita simpulkan bahwa puisi “Mengukir Tubuhmu”Mempunyai tema
‘’kerinduan Yang Terpendam” . Hal ini dapat kita lihatpada kalimat “di belantara ingatan”  yang artinya, penulis sedang mempunyai perasaan rindu  kepada seseorang atau kepada sesuatu. Akan tetapi, penulis tidak mampu mengungkapkan perasaannya itu secara langsung , dia lebih memilih menyimpan rasa rindunya dan hanya berbagi rasa rindunya itu dengan dirinya sendiri.Hal ini dapatkita lihat dalam kalimat “ Dua belas jam aku membendungmudengan ciuman” . Selama duabelas jam penulis merasakan rasa rindu kepada seseorang atau kepada sesuatu dan semua rasa rindunya bisa terealisasikan hanya melalui hayalannya.
2.    Rasa ( Felling)
Sikap penyair pada puisi yang berjudul “Mengukir tubuhmu” mempunyai pandangan yang cukup resah. Dimana,  penyair memiliki perasaan kegelisahan karena rasa rindunya kepada seseorang atau kepada sesuatu  yang tidak bisa di ungkapkan langsung secara objektif, dan penyair memilih mengungkapkan semua kerinduannya kepada rangkaian kata yang terangkum di dalam karya cipta puisi.
3.    Tone ( Nada )
Sikap penyair/penulis terhadap kita sebagai pembaca/ penikmat puisi didalam puisi yang berjudul “ Mengukir Tubuhmu” ini, menggunakan sikap sugestif. Artinya, penyair mengajak kepada pembaca untuk merasakan perasaan yang dia rasakan. Penyair mengajak pembaca untuk ikut bersedih karena rasa rindu yang tidak mampu terungkapakan , sehingga melalui gaya bahasa dan pemilihan kata yang di pakai dalam puisi “Mengukir Tubuhmu” bisa sedikit mengsugestif pembaca atau penikmat puisi untuk terlibat dalam puisinya itu.
4.    Intention ( Tujuan )
Asep Zamzam Noor menulis puisi yang berjudul “Mengukir tubuhmu” tentu mempunyai tujuan- tujuan tertentu, karena sangat tidak mungkin penyair sehebat Asep Zamzam  Noor menulis puisi hanya untuk sekedar main- main atau hanya sekedar membuang- buang waktu.
Selain bertujuan untuk kebutuhan komersil atau dengan kata lain, supaya bisa mendapatkan penghasilan dan keuntungan dari karya ciptanya itu, Asep Zamzam Noor dalam karnya “Mengukir Tubuhmu” juga mempunyai tujuan sebagai bahan edukasi . Hal ini terbukti, bahwa puisi- puisi karya Asep Zamzam Noor banyak di minati oleh para pelajar dan para mahasiswa untuk belajar kesusastraan dalam puisi, khususnya para pelajar di wilayah Jawa Barat. Selain tiu juga, penulis bertujuan untuk mengeluarkan semua kesedihan dan semua imajinasinya kedalam puisi. Sehingga, jika memang ketika itu penyair atau penulis sedang merasakan kesedihan , maka kesedihannya itu akan sedikit terobati melalui puisi.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan         
Setela kita amati berbagai pemaparan diatas, maka kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut ;
Ø  Puisi adalah suatu bentuk karya sastra dalam bentuk tulisan, yang mempunyai nilai estetika yang tinggi dan membuat pembaca atau pendengar merasa merinding ketika membaca dan mendengarnya.
Ø  Metode puisi adalah struktur lahiriah puisi, dan Hakikat puisi adalah struktur batiniahnya, dan keduanya merupakan dua unsur yang palin penting dalam puisi.
Ø  Analisis Metode dan Hakikat dari puisi “Mengukir Tubuhmu” karya Asep Zamzam Noor membuktikan bahwa puisi itu sangat mahal dan tidak sembarang orang bisa membuat puisi yang bagus. Karena, kita harus memperhatikan poin-poin penting yang dapat mendukung bagus tidaknya puisi yang kita buat.
3.2. Saran
Saran kami untuk teman- teman adalah berhentilah menulis puisi jika teman- teman tidak rela hidup teman- teman menjadi sesajen di candi dewata, menulislah jika teman- teman yakin sajak kalian akan menjadi sepi( keheningan pertapa saat roh memandang dirinya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar